Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar dan Prinsip-Prisip Umum Metodologi
Pengajaran
2.1.1.
Peran guru
Perkembangan baru terhadap pandangan
belajar-mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan
kompetisinya karena proses belajar-menajar dan hasil belajar siswa sebagian
besar ditentukan oleh peranan dan kompetisi guru. Guru yang kompeten akan
lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih
mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
optimal.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses
belajar-mengajar meliputi banyak hal antara lain guru sebagai
pengajar, pemimpin kelas, pembimbing pengatur lingkungan,
partisipan, perencana, supervisor, motivator, dan konselor.yang ingin
dikemukakan disini ialah peranan yang dianggap paling domonan dan
paling diklasifikasikan sebagai berikut :
- Guru sebagai demonstrator
Melalui
peranannya sebagai demonstrator, atau pengajar guru hendaknya senantiasa
mengusai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang
dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh
siswa.
Satu
hal yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini
berarti guru harus belajar terus menerus dan mengembangkan dirinya. dengan cara
demikian ia akan memperkaya dirinya dengan sebagai ilmu pengetahuan sebagai
bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator
sehingga mampu memperagakan apa yang dikerjakannya secara didaktis. Maksudnya
agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki betul oleh anak didik.
Juga seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan
tujuan pembelajaran, memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber
belajar terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. sebagai pengajar ia
pun harus membantu perkembagan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta
menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu hendaknya guru mampu memotivasi
siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. Akhirnya seorang guru
akan dapat memainkan peranannya sebagai pengajar dengan baik bila ia
menguasai dan mampu melaksanakan keterampilan-ketarampilan mengajar.
2. Guru sebagai pengelola kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.lingkungan ini diatur dan diawasi
agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
Pengawasan-pengawasan lingkungan itu turut menentukan sejauh mana
lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik
ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan
rasa aman dan kepuasandalam mencapai tujuan.
Kualitas dan dan kuantitas belajar siswa didalam kelas
bergantung pada banyak factor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antara
siswa didalam kelas, serta kondisi umum dan suasana didalam kelas.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan
mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara
lingkungan fisik kelasnya agar senantisa menyenangkan untuk belajar dan
mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial didalam kelasnya.
Dengan demikin guru tidak memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan
kebisaan bekerja dan belajar secara efektif di kalangan siswa.
Tanggung jawab yang lain sebagai manajer yang penting
bagi guru ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari ke
arah agar siswa sedikit demi sedikit tidak bergantung pada guru dalam
melaksanakan tugasnya, yang berarti menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap tugasnya dengan penuh kesadaran yang tinggi, siswa harus dapat
mengatur dirinya, mengatur aktifitasnya dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab.dengan demikan akan memudahkan guru dalam menyampaikan materinya dan memudahkan
pencapaian tujuan yang diharapkan seorang guru.
3. Guru sebagai mediator dan
fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tenang tentang media pendidikan karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses
belajar-mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar-dasar yang
sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran disekolah.
Guru tidak cukup hanya memiliki keterampilan memilih dan
menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik. Untuk itu guru perlu
mengalami latihan-laihan praktik secara kontinu dan sistematis.
Sebagai Mediator guru pun menjadi perantara dalam
hubungan antar manusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan
pengetahuan tentang bagaimana orang beriteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya
guru agar dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang
interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh
guru. Yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik,
mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan positif dengan
para siswa.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber
belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses
belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun
surat kabar.
4. Guru sebagai evaluator
Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, akan kita ketahui
bahwa setipa jenis pendidikan atau bentuk pendidikan orang selalu
mengadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu
periode pendidikan, selalu mengadkan penilaian terhadap hasil yang telah
dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Demikian pula dalam satu kali proses belajar-mengajar
guru hendaknya guru menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat, semua
pernyataan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau
penilaian.
Dengan demikian, guru dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau
keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah
untuk mengetahui kedudukan siswa didalam kelas atau kelompoknya.dengan
penilaian guru dapat diklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk
kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup bikadikesannya jika dibandingkan
dengan teman-temannya.
Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat
mengetahui apakah proses mengajar yang dilakukan cukup efektif memberi
hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi , jelaslah bahwa guru
hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaiaan karena, dengan penilaian
guru dapat mengetahi prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan
proses mengajar.
Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa,
hendaknya guru terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh
siswa dari waktu-kewaktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini
merupakan umpan balik terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik
ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar-mengajar akan terus
menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
2.1.2. Prinsip-Prinsip
Metodologi Pengajaran
1. Didaktik, Metodik, dan metodologi
Istilah didaktif berasal dari bahasa yunani yaitu :didastikas
yang berarti pandai mengajar.dengan demikian yang dimaksud dengan didaktif
yaitu ilmu yang membicarakan atau memberikan prinsip tentang cara-cara
menyampaikan bahan pelajaran, sehingga dikuasai dan dimeliki oleh peserta
didik. Dengan kata lain ilmu tentang mengajar dan belajar , tegasnya
suatu ilmu tentang guru mengajar dan peserta didik belajar.
Jika dalam didaktik terkandung dua kegiatan yaitu kegiatan
“mengajar”dan “belajar”. Kegiatan mengajar dipihak guru sedangkan
kegiatan belajar dipihak peserta didik. Dengan kegiatan mengajar guru yang
aktif sedangkan dalam kegiatan belajar peserta didik yang aktif. Didaktik pada
umumnya dibedakan menjadi dua macam yaitu didaktik umum dan khusus. Didaktik
umum memberikan prinsip-prinsip umum yang berhubungan dengan penyajian bahan
pelajaran yakni motivasi, peragaan-peragaan, minat dan lain-lain agar anak
menguasainya.
Prinsip-prinsip itu berlaku bagi semua mata pelajaran. Didaktik
umum ini seruing juga disebut “ilmu pelajaran umum “ atau “ilmu mengajar secara
umum”. Didaktif khusus menbicarakan tentang cara mengajar bidang studi tertentu
dimana prinsip didaktik umum di gunakan. Didaktik khusus perlu sebab setiap
bidang studi mempunyai ciri-ciri khas yang berlainan. Didaktik khusus disebut
juga metodik.
2. Pengertian Metodik
Metodik berasal dari bahasa Yunani yaitu metha berarti
melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Karena itu, metodik berarti jalan
atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu atau dengan
perkataan lain metodik ialah ilmu tentang cara yang harus dilalui dalam proses
pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya, metodik
membaca, metodik menghitung, metodik menulis dan sebagainya. Metodik dapat pula dibagi kedalam dua macam
yaitu: (1) metodik umum, dan (2) metodik kusus. Metodik umum membicarakan
cara mengajar pada setiap mata pelajaran pada umumnya, seperti : cara mengajar
bahasa,sejarah, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya. Dibicarakan juga sebagai
metode mengajar yang dapat digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.
Metodik khusus, membicarakan bagaimana menyajikan bahan
pelajaran tertentu kepada peserta didik tertentu. Misalnya: metode khusus
mengajarkan mata pelajaran SD, berbeda pula tentunya untuk tingkat SLTP dan
SMA, serta perguruan tinggi.
3. Pengertian Metodologi Pengajaran
Istilah metodologi pengajaran terdiri atas dua kata yaitu,
“metodologi” dan “pengajaran”. “metodologi” terdiri pula atas: “metoda” dan
“logi”. “logi” berasal dari kata logos yang berarti “ilmu”. Jadi, metodologi
ialah suatu ilmu yang membicarakan cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan atau menguasai kompetensi tertentu. Sedangkan pengajaran adalah
proses penyajian atau bahan pelajaran yang disajikan. Dengan demikian
metodologi pengajaran berarti suatu ilmu yang membicarakan tentang jalan atau
cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai
kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata belajaran. Metodologi
pengajaran tidak akan ada artinya kalau tidak dilaksanakan dalam praktek
pendidikan. Pelaksanaan metodologi pendidikan itu dalam pendidikan itu dalam
pendidikan disebut “metode mengajar”.
2.1.3. Penggunaan Metode
Hasan Langgulung berpendapat bahwa penggunaan metode
didasarkan atas tiga aspek pokok yaitu:
- Sifat-sifat
dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan.
- Berkenaan
dengan metode-motode yang betul-betul berlaku
- Membicarakan
tentang pergerakan (motivation) dan prinsip-prinsip
Upaya guru untuk memilih metode yang tepat dalam mendidik
peserta didiknya adalah disesuaikan pula dengan tuntutan berhadapan dengan
peserta didinya itu harus mengusahakan agar pelajaran yang diberikan kepada
peserta didik-peserta didiknya itu supaya mudah diterima, tidaklah cukup dengan
cikap lemah lembut saja. Ia harus memikirkan metode-metode yang akan
digunakannya, seperti memilih waktu yang tepat, materi yang cocok, pendekatan
yang baik, efektivitas penggunaan metode yang sebagainya. Untuk itu seorang
guru dituntut agar mempelajari berbagai metode yang digunakan dalam mengajarkan
suatu mata pelajaran, seperti bercerita, mendemonstrasikan, mencoba, memecahkan
masalah, mendiskusikan yang digunakan oleh ahli pendidikan dan mempelajari
prinsip-prinsip metodelogi.
2.1.4. Faktor-Faktor Yang Harus
Diperhatikan Dalam Memilih Metode Mengajar
1. Tujuan yang hendak dicapai
Setiap orang yang mengerjakan
sesuatu haruslah mengetahui dengan jelas tujuan yang hendak dicapai. Demikian
juga setiap guru yang pekerjaan pokoknya mendidik dan mengajar haruslah
mengerti dengan jelas tujuan pendidikan.
Pemahaman akan tujuan pendidikan ini
mutlak perlu sebab tujuan itulah yang akan menjadi sasaran dan menjadi
pengarahan tindakan-tindakannya dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.
Disamping menjadi sasaran dan menjadi pengarah, tujuan pendidikan dan pengajaran
juga berfungsi sebagai kriteria bagi pemilihan dan penentuan alat-alat
(termasuk metode) yang akan digunakannya dalam mengajar.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran kita mengenal adanya
tujuan umum, tujuan sementara, tujuan tak lengkap dan tujuan khusus. Tujuan
umum pendidikan yang juga disebut tujuan akhir pendidikan adalah sesuatu yang
menjadi sasaran dari keseluruhan kegiatan mendidik dan mengajar. Tujuan umum
itu perlu dijabarkan menjadi tujuan khusus sebab dengan demikian guru akan
mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapainya itu dan guru
akan dapat pula mempersiapkan alat-alat apa yang akan dipakainya serta metode
yang tepat akan digunakannya.
- Peserta
Didik
Para peserta didik yang akan menerima bahan pelajaran yang
disajikan, harus pula diperhatikan oleh guru dalam memilih metode mengajar. Ini
perlu sebab metode mengajar itu ada yang menuntut pengetahuan dan kecekatan
tertentu misalnya Metode Diskusi menuntut pengetahuan yang cukup banyak (supaya
peserta diskusi dapat mengetahui serta menilai benar atau salahnya sesuatu
pendapat yang dikemukakan peserta lain) dan penguasaan bahasa serta ketrampilan
mengemukakan pendapat. Demikian pula Metode Ceramah menuntut penguasaan bahasa
pasif dari peserta didik sebab ia (peserta didik).
Selain tuntutan (syarat-syarat dari metode tertentu yang
harus dipenuhi oleh peserta didik) dari metode mengajar tersebut diatas,
penggunaan sesuatu metode mengajar haruslah sesuai dengan kemampuan,
perkembangan serta kepribadian para peserta didik.
2. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran yang menuntut kegiatan penyelidikan oleh
peserta didik hendaknya disajikan melalui metode unit atau metode proyek.
Apabila bahan pelajaran mengandung problem-problem, harus disajikan melalui
metode pemecahan masalah. Bahan pelajaran yang berisi fakta-fakta dapat
disajikan misalnya melalui metode ceramah, sedangkan bahan pelajaran yang
terdiri dari latihan-latihan (misalnya ketrampilan-ketrampilan) disajikan
melalui Metode Drill dan sebagainya.
3. Fasilitas
Yang termasuk dalam factor fasilitas ini antara lain alat
peraga, waktu, tempat dan alat-alat praktikum, buku-buku, dan perpustakaan.
Fasilitasi ini turut menentukan menentukan metode mengajar yang akan dipakai
oleh guru. Pengaruh fasilitas dan pemelihan serta penentuan metoda ini sangat
terasa dalam situasi dimana situasi demonstrasi dan eksperimen /percobaan.
Pada umumnya apabila fasilitas kurang atau tidak ada, maka
guru cenderung menggunakan metode ceramah karena metode ini tidak menuntut
fasilitas yang banyak (apabila dibandingkan dengan tuntutan metode diskusi atau
metode demonstrasi dan eksperimen).
4. Situasi
Yang termasuk dalam situasi disini ialah keadaan peserta
didik (yang menyangkut kelelahan mereka, semanga mereka), keadaan cuaca,
keadaan guru (kelelahan guru) keadaan kelas-kelas yang berdekatan dengan
kelas yang akan diberi pelajaran dengan metode tertentu.
Apabila peserta didik telah lelah(yang diajar dengan metode
ceramah) maka guru sebaiknya mengganti metode mengajarnya misalnya metode
sosiodarma. Demikian pula apabila guru melihat bahwa para peserta didik sedang
bersemangat (dalam membicarakan peristiwa dalam masyarakat) maka guru
menggunakan metode diskusi. Apabila kelas disekitar kelas sedang ribut, maka
sebaiknya guru menggunakan metode pembrian tugas atau metode tanya jawab (sebab
Dari apa yang dikemukakan diatas
dapat disimpulkan bahwa pribadi, pengetahuan dan kecekatan guru amat menentukan
metode mengajar yang akan digunakan.
Tidak ada satu metode yang baik
untuk setiap tujuan dan setiap situasi. Setiap metode mempunyai kebaikan dan
kelemahan. Dengan sifatnya yang polipragmasi, guru perlu mengetahui kapan suatu
metode tepat digunakan dan kapan harus digunakan kombinasi dari metode-metode.
Guru hendaknya memilih metode yang paling banyak mendatangkan hasil.
2.2. KONDISI BELAJAR MENGAJAR YANG EFEKTIF
Untuk memenuhi hal tersebut diatas guru dituntut mampu
mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa
sehingga ia mau belajar karena memang siswalah subjek utama dalam belajar.
Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif setidaknya ada lima
jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, sebagai berikut:
1. Melibatkan
Siswa Secara Efektif
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia
mampu belajar. ”Teaching is the guidance of learning activities, teaching is
for purpose of aiding the pupil learn” demikian menurut William Burton.
Dengan demikian, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga siswa yang seharusnya banyak aktif, sebab siswa sebagai
subjek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
Pada kenyataannya di sekolah-sekolah seringkali guru yang
aktif sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif. Betapa pentingnya
aktivitas belajar siswa dalam belajar mengajar sehingga John Dewey, sebagai
tokoh pendidikan mengemukakan pentingnya prinsip ini melalui metode proyeknya
dengan semboyan learning by doing.
Bahwa jauh sebelumnya para tokoh pendidikan lainnya seperti
Rousseau, Pestalozi, Frobel dan Montessory telah mendukung prinsip-prinsip
aktivitas dalam pengajaran ini. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud disini
adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar siswa
dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, seperti:
- Aktivitas
visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan
eksperimen dan demonstrasi.
- aktivitas
lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya
jawab, diskusi, menyanyi.
- Aktivitas
mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan
guru, ceramah dan mengajar.
- Aktivitas
gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari dan
melukis.
- Aktivitas
menulis (writting activities) seperti mengarang, membuat maklah, membuat
suran.
2. Menarik Minat dan Perhatian Siswa
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat
dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif
menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap
belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan suatu yang diminatinya.
Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya,
seseorang anak menaruh minat terhadap bidang kesenian, maka ia akan berusaha
untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian.
Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan
sifat-sifat siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat
maupun yang bersifat efektif seperti motifasi, rasa percaya diri, dan minatnya.
William James (1890) melihat bahwa minat siswa merupakan derajat keaktifan
belajar siswa. Jadi, efektif merupakan faktor yang menentukan keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar.
Mengingat pentingya minat dalam belajar, seseorang tokoh
pendidikan lainnya dari Belgia yakni Ovide Decroly (1871-1932), mendasarkan
sistem pendidikan pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap
orang. Yaitu minat terhadap makanan, pelindungan terhadap pengaruh iklim
(pakaian dan rumah), mempertahankan diri terhadap bermacam-macam bahaya dan
musuh, bekerja sama dalam olah raga. Musell dalam bukunya Succesful Teaching,
memberikan suatu klasifikasi yang berguna bagi guru dalam memberikan pelajaran
kepada siswa. Ia mengemukakan 22 macam minat yang diantaranya aialah bahwa anak
memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakikatnya setiap anak
berminat terhadap belajar dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan
minat anak terhadap belajar.
Perhatian bersifat lebih sementara dan adanya hubungannya
dengan minat. Perbedaannya adalah minat sifatnya menetap sedangkan perhatian
sifatnya sementara, adakalanya menghilang. Misalnya seorang anak sedang belajar
diruang depan tiba-tiba adiknya menangis, ia segera mendekatinya. Hilanglah
perhatian anak itu terhadap belajar, sesudah adiknya dia ia mulai lagi
memusatkan perhatiannya terhadap belajar. Bila tidak ada perhatian ia tidak
mungkin dapat belajar. Jadi, perhatian itu sebenarnya hilang sebentar timbul
kembali sedangkan minat selalu atau tetap ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar